Kota Tua yang dijuluki Batavia Lama (Oud Batavia), tidak lain adalah kawasan mini di
Jakarta Utara dan Jakarta Barat (mencakup Pinangsia, Taman Sari, dan Roa Malaka) dengan luas 1,3 kilometer persegi (km2).
Kota Tua menyimpan banyak bangunan bersejarah, yang sebagian kini difungsikan sebagai museum. Selain museum, terdapat pula restoran bergaya kuno, bangunan tua dengan gaya arsitektur Eropa, penjaja makanan, dan pasar malam turut menyemarakkan kawasan bersejarah itu. Anda tidak perlu khawatir kesulitan untuk menjangkau lokasi ini.
Bagi mereka yang baru pertama kali berkunjung ke Jakarta, Kota Tua biasanya merupakan tempat yang pilihan favorit pertama yang harus dikunjungi. Begitu pula bagi para turis asing asal Eropa, Kota Tua menjadi titik awal memulai petualangan menelusuri Jakarta.
Turis yang berkunjung pun punya tujuan beragam, untuk mengisi liburan keluarga atau memang sudah berniat jalan-jalan.
Seperti yang dilakukan Sabine Bunink, perempuan turis asal Belanda bersama teman seperjalanannya, Kees Roos, menjadikan Kota Tua sebagai salah satu destinasi utama selama di Jakarta. Dia mengunjungi Jakarta karena ingin mengenal lebih dekat tentang Indonesia, khususnya tanah Jawa.
Sabine mengaku seolah sedang duduk santai di salah satu sudut kota di negerinya sendiri, Belanda (Holland) saat menikmati siang hari di pelataran sebuah kafe tua yang berada di kawasan Kota Tua.
“Saya seperti merasa amat familiar dengan bentuk-bentuk bangunan di sini. Rasanya seperti masih berada di Holland namun dengan cuaca yang lebih hangat dan menyenangkan,” ujar dia sambil tersenyum.
Ternyata ada sesuatu yang seakan memaksa Sabine untuk hadir di Jakarta. “Nenek buyut saya adalah orang Jawa, jadi ada sedikit darah Jawa di dalam diri saya. Selain itu tempat ini juga menyimpan banyak sejarah tentang kehadiran Belanda di Indonesia. Buat saya yang berkebangsaan Belanda, namun juga berdarah Jawa tentu berada di sini memberikan rasa sentimentil tersendiri,” ungkap Sabine bersemangat kepada Investor Daily, beberapa waktu lalu.
Hal senada juga dirasakan oleh para turis lain yang berasal dari Belanda. Kota Tua telah menjadi saksi sejarah bangsa yang kaya, gaya arsitektur dari bangunan- bangunan di sekelilingnya menyim- pan cerita tersendiri dan memberi- kan sekelumit pandangan akan sosok kota Jakar ta pada seabad silam.
Museum Fatahilah berdiri tegak tepat di tengah area Kota Tua. Di hadapan musem terhampar alun- alun yang biasanya mulai pukul 4 sore ramai dipenuhi oleh gelaran- gelaran tikar dan para penjaja makanan, pernak-pernik mulai dari tas, sandal, kacamata, hingga pakaian.
Ada juga yang menerima tindik dan tato temporer, dan yang sekarang akan sering ditemui adalah penyewaan sepeda tua atau onthel yang dapat dipakai untuk berkendara mengelilingi kawasan Kota Tua.
Tepat di sebelah timur Taman Fatahillah terdapat bangunan klasik bekas gedung pengadilan. Gedung yang dibangun tahun 1870 itu kini difungsikan sebagai museum seni rupa dan keramik.
Berbagai koleksi keramik dari zaman dahulu kala tersimpan di sini. Begitu juga dengan patung dan lukisan para maestro Indonesia.
Berseberangan dengan museum senirupa dan keramik, terdapat sederet bangunan bergaya gudang. Ukurannya lebih kecil dibanding dua museum terdahulu.
Sebab, dulu bangunan itu dipakai untuk kegiatan bisnis. Kini, di salah satu ba- ngunan berdiri tegak Museum Wayang, yang dulu lebih dikenal dengan nama Museum Oud Batavia.
Kendati bernama Museum Wayang, ragam koleksinya tidak melulu wayang. Berbagai prasasti dan nisan ikut disimpan di sini.
Ada beberapa jalan masuk menuju areal Kota Tua. Di lorong-lorong jalan itu akan mudah ditemukan orang-orang muda yang sedang asik berfoto, atau sepasang calon pengantin yang sedang mendengarkan arahan dari si penata gaya di balik lensa kamera. Aming, seorang kru sebuah agensi foto di Jakarta, mengaku biasa menerima klien untuk melakukan pre-wedding photo.
Aming bercerita, kebanyakan klien memang sudah jauh-jauh hari request untuk minta difoto di lokasi Kota Tua. Lokasi paling favorit, adalah salah satu lorong atau disamping bangunan kafe tua.
“Klien yang meminta untuk fotonya diambil di sekitar sini biasanya sudah pernah melihat hasil dari orang yang mereka kenal, seperti sahabat atau keluarga yang sudah pernah foto pre-wedding di sini. Sepertinya memang gaya klasik atau vintage sedang tren di kalangan masyarakat Jakarta. Dalam sebulan kami bisa melakukan sesi foto pre-wedding di lokasi ini empat sampai lima kali,” papar Aming.
Tidak hanya mereka yang menjelang persiapan pernikahan saja, namun banyak juga anak muda Jakarta yang menikmati indahnya bangunan-bangunan Kota Tua. Seperti dilakukan Sely Oktavia bersama teman-temannya, Nurhik- mah, Ariel Panditta, Erri Fadjar, dan Zulfikar yang memang sengaja berjalan-jalan di Kota Tua dan bereksperimen dengan kamera mereka.
“Biasanya ini ide Ariel atau Zulfikar. Karena mereka berdua yang hobi fotografi, sedangkan yang lain hobi difoto. Jadi pas kan?” kata Sely.
Mereka adalah sekelompok pelajar SMAN 5 Depok Jawa Barat dan SMA Sejahtera 1. Bagi mereka mengisi waktu liburan sekolah di tempat ini sungguh menyenangkan. Kota Tua menjadi salah satu spot wajib bagi para penggemar fotografi.
Berjalan-jalan sambil bernostalgia dan menikmati sore hari di Kota Tua bersama keluarga, teman, atau kekasih hati sepertinya sangat menyenangkan bukan?
0 komentar:
Posting Komentar