Warung soto sederhana ini berada di Cungkrungan, salah satu desa di wilayah Klaten. Tepatnya berada di pinggir Jalan Raya Delanggu – Klaten. Kilometernya saya tidak ingat persis. Mungkin sekitar 3-4 kilometer setelah Delanggu arah Klaten.
Namun jangan remehkan soto gedek ini dalam soal pendapatan harian. Selama musim Lebaran lalu pendapatan harian bruto mencapai Rp 5,3 juta. Setelah dikurangi pengeluaran, si pemilik mengantongi hasil bersih Rp 3 jutaan per hari. Wuiiiiih….
Hari-hari biasa, menurut pengakuan si pemilik, Bu Titik (kalau tidak salah dengar), pendapatan bersihnya berkisar Rp 1,5 juta. Glek!
Apa sih istimewanya soto gedek ini hingga orang berbondong-bondong mampir makan? Jujur, dalam soal rasa, soto gedek tidak istimewa. Baik rasa kuah maupun campuran sayur didalamnya. Namun, jika soto ini dimakan dengan tahu pong, ditambah lauk ayam kampung goreng dan rempela ati, wooooh…..semangkuk bakal kurang.
Menurut saya, lauk soto gedek inilah yang istimewa. Terutama ayam goreng kampungnya. Rasa gurih begitu menancap dalam daging ayam yang kenyal namun lunak itu. Tulangnya – jangan bandingkan dengan ayam KFC yang banci itu, sungguh keras, khas ayam kampung ndeso.
Berapa harganya? Saya tidak ingat persis satuannya. Kalau tidak salah, harga sotonya cukup murah, Rp 3000. Tahu sebiji gopek. Nah, ayam gorengnya yang rada mahal, Rp 10 ribuan per potong. Ingat per potong ya? Bukan per ekor. Misal sepotong sayap, sepotong paha dan ceker, masing-masing dihargai ceban.
Ya sebandinglah dengan rasanya yang guuurrriiiih nyam-nyam itu.
0 komentar:
Posting Komentar