Sama halnya dengan parenting, menyusui adalah seni dan Mama adalah sang seniman. Setiap Mama pasti memiliki pemahaman, metode dan kebiasaan tersendiri. Bahkan anak pertama dan kedua juga bisa berbeda.
Contohnya, pengalaman menyusui Nadine sebagai anak pertama cenderung kaku dan berlebihan. Aku memiliki buku kecil mencatat jam berapa ia menyusui, berapa lama, payudara kiri atau kanan, jika ASI perah habis berapa ml, memompa jam berapa, hasilnya berapa, dan sebagainya. Kalau mata kuliah, ini adalah Manajemen Strategi Laktasi! Sebagai pendalaman materi, aku melahap semua yang dikatakan bagus untuk menyusui… secara berlebihan! Tiap hari tahu, tempe, kacang hijau, susu menyusui bahkan hingga 10 gelas! Daun katuk menjadi atribut tetap di meja makan selama dua puluh tiga bulan, lamanya menyusui Nadine.
Demikianlah aktivitasku. Jika tidak sedang menyusui, ya sedang memompa. Aku mengumpulkan ASIP yang di freezer hingga penuh! Tetapi karena baru full kembali bekerja di TV setelah 9 bulan (iyalah, secara harus menurunkan kenaikan berat badan 25 kg!), banyak ASIP yang melewati masa kadaluwarsa hingga terpaksa dibuang. Duh Mama, menyedihkan sekali lho melihat ASI kita dibuang di wastafel. Semenjak itu, aku sedikit lebih rileks dengan memompa. Sayang sekali 5 setengah tahun yang lalu donor ASI belum terlalu umum, andai ada, dengan senang hati aku akan mendonasikan.
Sementara kalau Nuala, beda lagi. Nyaris tidak pernah koleksi ASIP. Mungkin anak kedua jadi jauuuuuh lebih santai. Daripada repot, aku memilih membawa Nuala kemanapun aku pergi. Bekerja, nongkrong dengan teman-teman, bahkan belanja bahan di Mayestikpun cuek saja jalan menggendong Nuala yang asyik menyusu dibawah nursing apron.
Agak sedikit terlalu santai sih, aku ingat pernah meeting dan Nuala mendadak haus. Alhasil aku menyusuinya saat itu juga. Naluri seorang ibu membuatku tidak menyadari clientku yang pria ini merasa tidak nyaman. Lesson learned.
Seni sangat subjektif, tiap Mama menginterpretasi dengan cara berbeda. Makanya rasanya tidak pantas ya menghakimi cara-cara Mama lain menyusui. Mungkin saja hal itu yang cocok untuk mereka? Bagi Mama yang bekerja harus disiplin menyusui setiap beberapa jam. Mungkin ada Mama yang butuh mengikuti mitos agar menjadi PD. Ada pula yang terlanjur ‘terhasut’ memberikan sufor namun berupaya kembali menjadi nursing mother.
Apapun itu, seniman-seniman berbeda menghasilkan karya beraneka, menyemarakkan khasanah galeri kehidupan (cieee).
0 komentar:
Posting Komentar